Sahabatku yang baik, pengembara dalam alam kehidupan ini,
adalah suatu kesadaran rendah, digerakkan oleh kebencian dan nafsu keinginan
yang besar, kemudian masuk ke dalam kandungan Sang Ibu.
Dalam kandungan ia merasa seperti ikan, yang terjerat di
antara batu-batu karang, terbaring dalam darah dan cairan kuning, dengan
kotoran sebagai bantal, tertekan dalam kotoran, ia menderita kesakitan, tubuh
yang buruk dari karma yang buruk pun lahir.
Walaupun ingat kembali akan masa lalu, tak sepatah katapun
dapat diucapkan, sekarang terpanggang dalam panas, beku oleh dingin, dalam
waktu sembilan bulan ia muncul, dari kandungan yang penuh rasa sakit, sangat
mengerikan, seolah ditarik keluar dengan jepitan. Keluar dari kandungan
kepalanya ditekan, sakitnya bagaikan dilempar ke dalam semak berduri, tubuh
yang mungil dalam pangkuan sang Ibu, bagaikan burung seriti bergulat dengan
rajawali.
Apabila dari tubuh bayi yang lembut ini, darah dan kotoran
dibersihkan, rasa sakitnya bagaikan kulit dikupas hidup-hidup. Bila tali pusar
dipotong, rasanya seolah-olah tulang punggung luka berat. Bila diletakkan dalam
ayunan, serasa diikat dengan rantai. Terpenjara dalam kamar gelap.
Yang tidak sadar akan kebenaran, selamanya tidak akan
terhindar dari ancaman kelahiran, karenanya jangan menunda-nunda pengabdian.
Bila seseorang meninggal, kebutuhan yang tertinggi adalah DHARMA. Dengarkanlah
sahabatku, mengenai penderitaan usia tua.
Menyedihkan sekali melihat tubuh seseorang yang telah
menjadi lemah dan lapuk. Siapa yang dapat menolong dari ancaman usia tua,
selain dengan hanya merasa cemas ?
Jika usia tua telah menjelang, tubuh yang gagah menjadi
bongkok, jika mencoba berjalan tegak, gagallah keinginannya, rambut yang hitam
kini berubah menjadi putih, matanya yang terang menjadi rabun, kepalanya goyang
karena pening, telinganya yang peka menjadi tuli, pipi yang semu merah menjadi
pucat, dan darahnyapun mengering.
Hidung, cagak rautnya tenggelam, giginya menonjol keluar,
tak dapat mengendalikan lidah, ia menggagap. Semakin dekat saat kematian, rasa
susah dan hutangnya bertambah, dia kumpulkan makanan dan sahabatnya, namun ia
gagal mempertahankan semuanya. Ketika mencoba untuk tidak menderita,
penderitaannya semakin bertambah.
Apabila ia menceritakan kebenaran pasa seseorang, jarang
yang mempercayainya, anak dan keponakan yang dibesarkannya dan dicintainya,
sering menjadi musuh. Jika ia diberi harta simpanannya, dibalas tanpa terima
kasih.
Sahabatku, jika kau tidak sadar akan kebenaran abadi, kau
akan menderita karena usia tua. Tetapi yang mengabdikan Dharma pada usia tua,
seharusnya mengetahui bahwa ia terikat KARMA. Karena itu sangat baik
menjalankan DHARMA selagi kau masih bernapas.
Sahabatku yang baik, dengarlah kesengsaraan karena penyakit.
Tubuh ini adalah wadah penyakit, sehingga orang merasakan penderitaan yang amat
sangat. Penyakit pikiran, empedu dan ketenangan hati, terus menerus akan
menyerang tubuh manusia yang lemah ini, membuat darah dan nanah menjadi panas,
otot-otot dicengkeram rasa sakit.
Di tempat tidur yang nyaman, orang sakit tidak merasakan
kenyamanannya, gelisah, meratap dan mengerutu, melalui karma yang tak pandang
bulu. Walaupun makanan yang nikmat disajikan kepadanya, selalu dimuntahkan bila
ditelan.
Jika dibaringkan di tempat yang sejuk, masih merasa panas
dan seperti terbakar, jika diselimuti selimut hangat, tetap merasa dingin
seperti tergenang dalam salju basah, walau sanak saudara berkumpul di
sekitarnya, tak ada yang mampu mengurangi rasa sakitnya, meskipun banyak
panglima perang dan dokter, mereka tak mampu menghentikan masaknya Karma.
Yang tidak menyadari KEBENARAN AGUNG, akan menjalani semua
penderitaan itu. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyakit, alangkah
bijaksana jika menjalankan DHARMA, penakluk yang tepat segala penyakit.
Dengarkanlah sahabatku yang mengecewakan, seperti rasa sakit
membayar hutang yang bertumpuk-tumpuk, orang harus mengalami penderitaan
kematian. Pengawal Yama menangkap dan menyeretnya, apabila saat kematian tiba.
Orang kaya tidak dapat membelinya dengan uang, sang pahlawan
tidak dapat mengalahkannya dengan pedang, wanita cantik sekalipun tidak dapat
merayunya, cendikiawanpun tak dapat menundanya, disini yang tak jujur tidak
dapat berbuat apa-apa, yang pemberani juga tidak dapat menunjukkan
keperkasaannya.
Jika semua sumber kekuatan bertemu dalam tubuh, seseorang
seperti terjepit di antara dua gunung, viharawan sudah tidak berguna, dokter
menyerah dengan keluh kesah. Tak seorangpun dapat berhubungan dengan si mati,
pengawal dan dewa pelindungpun menghilang tak tentu rimbanya, meskipun napas
belum berhenti, semua orang telah mencium bau mayat, bagaikan segumpal bara
terbungkus abu dingin, begitulah orang menuju kematiannya.
Mendekati saat kematian, ada yang menghitung hari dan
bintang, yang lain menangis dan berteriak, yang lain memikirkan harta kekayaan
yang ditinggalkan. Harta benda yang diperolehnya dengan suash payah, akan
dinikmati orang lain.
Betapapun besar cinta dan simpati orang lain, dia akan
berpisah dan melakukan perjalanan sendiri, sahabat baiknya, suami atau
istrinya, hanya bisa meninggalkannya disana. Dalam bungkusan, tubuhnya yang
tercinta akan dibawa pergi, dilempar ke air atau dibakar, dikubur atau secara
mudah ditinggalkan saja di tempat terpencil.
Sahabatku, apa yang dapat dipegang teguh untuk akhir nanti ?
Haruskah kita duduk dan masa bodoh, atau bermalas-malasan? Jika napasmu
berhenti esok hari, tidak ada kekayaan dunia yang dapat menolongmu, lalu
mengapa seseorang harus kikir?
Sanak saudara mengelilingi ranjang, tak ada yang dapat
menolong sekejabpun, tahu bahwa semuanya harus ditinggalkan, orang akan
mengerti betul bahwa semua cinta dan keterikatan adalah sia-sia, jika saat
terakhir menjelang, hanya DHARMA yang dapat menolong.
Kamu harus berusaha sahabatku, untuk persiapan pada saat
kematian, jika tiba waktunya, tidak akan ada rasa takut dan menyesal, bagi
orang yang telah hidup dalam DHARMA..
Terjemahan dari : “The Hundred Thousand Songs of Milarepa”
Langganan:
Postingan (Atom)