Apabila kita sering merenungkan sifat hati yang hakiki, kita akan memahami bahwa hati ini adalah seperti apa adanya dan tidak mempunyai sifat yang lain dari itu. Kita akan tahu bahwa hati tetap adalah hati. Itulah sifatnya. Jika kita memahami ini secara jelas, kita akan bisa terbebas dari berbagai pikiran dan perasaan. Dan kita tidak perlu lagi menambahkan sesuatu jika kita terus menerus meyakinkan diri kita bahwa “begitulah adanya”. Apabila sifat hati yang hakiki dipahami secara mendalam, segala sesuatu akan
dibiarkan berlalu. Pikiran dan perasaan akan masih tetap ada, tetapi pikiran dan perasaan tersebut bisa dikuasai.

Sama halnya ketika untuk pertama kali kita diganggu oleh seorang anak kecil yang suka bermain-main dengan cara-cara yang menjengkelkan kita sehingga kita memarahi atau memukulnya. Akan tetapi kemudian kita sadar bahwa bermain dan bertingkah laku seperti itu adalah lumrah bagi seorang anak yang masih kecil. Kita membiarkannya dan masalah kitapun selesai. Mengapa bisa demikian ? Karena sekarang kita telah bisa menerima kewajaran hidup seorang anak. Pola pandang kita telah berubah dan sekarang kita menerima sifat alami segala sesuatu. Kita membiarkannya dan hati kitapun menjadi lebih damai. Kita sekarang memiliki pemahaman yang benar.  (Ajahn Chah)

Bangsa-bangsa tumbuh dan punah; kerajaan-kerajaan muncul dan jatuh; istana-istana megah dibangun dan runtuh dalam debu; demikianlah jalannya dunia.
Bunga-bunga indah bermekaran dan menarik semua orang yang lewat, tetapi keesokan harinya mereka layu dan kering. Kelopak mereka berguguran satu demi satu dan segera mereka dilupakan orang. Hutan-hutan dapat berubah menjadi kota-kota besar, dan kota-kota besar menjadi bukit-bukit pasir. Dimana ada pegunungan, sebuah danau dapat terbentuk.
Segala kenikmatan dan pencapaian tertinggi di dunia hanyalah sebuah pertunjukan sementara. Orang yang melekat harus meratap dan menangis ketika kehilangan, dan mengalami banyak penderitaan karena kurangnya pemahaman tentang ketidakabadian..

Tiga kelompok otoritas keagamaan, dari agama yang berbeda-beda, mendiskusikan bagaimana cara membagi hasil kotak amal di tempat ibadah masing-masing.
Kelompok pertama mengatakan bahwa setelah membuka kotak amal, mereka akan menggambar sebuah lingkaran di tanah dan melemparkan uang ke atas. Hanya uang yang jatuh di dalam lingkaran yang diperhitungkan sebagai milik Tuhan, dan uang yang jatuh di luar lingkaran akan digunakan untuk berbagai hal lain.
Kelompok kedua mengatakan cara mereka, yaitu dengan menarik sebuah garis di tanah dan melemparkan uang ke atas. Uang yang jatuh di sebelah kanan garis akan diperhitungkan sebagai milik Tuhan. Sedangkan yang jatuh di sebelah kiri garis akan digunakan untuk kegiatan lain.
Kelompok ketiga mengatakan bahwa cara-cara kedua kelompok tersebut tidak dapat dipercaya karena mereka dapat menggerakkan tangan sedemikian rupa sehingga lebih banyak uang yang jatuh di pihak mereka.
Menurut cara kelompok ketiga, uang yang dilemparkan ke atas dan mencapai surga merupakan milik Tuhan, sedangkan yang jatuh ke tanah akan menjadi milik mereka !

Dunia memiliki delapan segi, dan setiap segi setajam pisau cukur yang mampu mencincang manusia tanpa belas kasihan. Kedelapan segi dunia, pada satu sisi, adalah segi kekayaan, segi status, segi pujian dan segi kenikmatan. Keempat segi tersebut sangat tajam karena mereka merupakan hal-hal yang kita sukai. Kita terus mengosok dan mengasah mereka, dan semakin kita melakukan hal ini, semakin tajamlah mereka, sampai akhirnya mereka berbalik arah dan membelah tenggorokan kita.
Sisi lainnya memiliki empat segi pula, tetapi sebenarnya mereka tidak begitu tajam, karena tidak seorangpun suka menggunakan mereka. Tak seorangpun menginginkan mereka, maka tak seorangpun mengasah mereka, dan akibatnya mereka menjadi tumpul. Dan seperti pisau-pisau yang tumpul, mereka tidak dapat membunuh seseorang. Keempat segi tersebut adalah kehilangan kekayaan, kehilangan status, celaan dan kesakitan. Tak seorangpun menginginkan salah satu dari hal tersebut, tetapi mereka harus ada sebagai bagian dari dunia..

Hujatan, tuduhan, kritikan dan penghinaan itu tidak menyenangkan dan menyakitkan, tetapi banyak menunjukkan kesalahan dan kelemahan untuk kita pertimbangkan. Karena itu kita tidak semestinya membenci mereka yang mengkritik kita.
Bila kita menderita sakit jasmani : sakit kepala, batuk, dan demam, berbagai perasaan yang tidak menyenangkan seperti itu juga menciptakan rasa sakit, tetapi mereka bukan penyakit.
Itu sekedar menunjukkan ada sesuatu yang salah di suatu tempat di tubuh kita dan memberi peringatan kepada kita untuk berhati-hati jika kita ingin menjalani suatu kehidupan yang sehat. Karena itu tidak ada gunanya untuk membenci berbagai perasaan yang tidak menyenangkan semacam itu, sebaliknya anggaplah mereka sebagai sahabat-sahabat kita.

Pikiran kita menginginkan sebuah kehidupan yang abadi, tetapi kehidupan menciptakan tubuh jasmani yang tidak abadi dan kita mengambilnya untuk hidup.
Sesungguhnya apa yang kita perlukan untuk kepuasan kita bukanlah sebuah kehidupan yang abadi, tetapi kebebasan dari konsep keabadian.
Kehidupan ini dalam keadaan mengalir dan tidak pernah statis.
Setiap saat kita berbaris menuju pekuburan.
Kelahiran dan kematian merupakan dua ujung tali yang sama; kita tidak dapat menyingkirkan kematian dan memilih untuk memiliki kehidupan saja.
Manusia membodohi diri sendiri, dia berdoa untuk umur panjang, tetapi mengkhawatirkan usai tua.

The most selfish one-letter word is ... "I"  Avoid it.
The most satisfying two-letter word is ... "We"  Use it.
The most poisonous three-letter word is ... "Ego"  Kill it.
The most used four-letter word is ... "Love"  Value it.
The most pleasing five-letter word is ... "Smile"  Keep it.
The most fastest speading six-letter is ... "Rumour"  Ignore it. 
The most hardest working seven-letter is ... "Success"  Achieve it.
The most enviable eight-letter is ... "Jealousy"  Distance it.
The most powerful nine-letter is ... "Knowledge"  Acquire it.
The most essential ten-letter is ... "Confidence"  Trust it.

Cinta kasih adalah penangkal kejahatan, dan niat baik adalah penangkal kemarahan; kehadiran yang satu berarti absennya yang lain. Di satu pihak kemarahan didefinisikan sebagai suatu sikap yang akan menelurkan kekerasan, sebuah pergolakan terhadap sesuatu, baik yang hidup maupun yang mati. Jika kita melihat pada seseorang, sebuah situasi, atau suatu objek dan tidak menyukainya, maka kita ingin mengekspresikan suatu kekerasan dan pergolakan terhadapnya, untuk mengubahnya dengan suatu cara yang kasar. Ini merupakan suatu keadaan tidak adanya toleransi dan kurangnya kesabaran yang digabungkan dengan keinginan untuk menyakiti apa saja yang tidak dapat kita terima.
Di lain pihak, lawannya adalah kesabaran, yang menolak sikap intoleran; disamping itu juga cinta kasih adalah lawan dari keinginan untuk menyakiti orang lain. Biasanya kita menjadi marah dalam situasi yang tidak kita sukai, dan karena mereka tidak sesuai dengan pengharapan kita, kita menjadi sangat marah.

Seorang Guru memiliki dua orang murid: yang satu pandai dan memenuhi tugas-tugasnya, sementara yang satunya bodoh dan lebih banyak termenung seorang diri karena dia tak mampu melakukan sesuatu yang berguna.
Pada suatu waktu, murid yang pandai yang sedang frustasi mendatangi gurunya dan memintanya untuk memulangkan murid yang bodoh, jika tidak dia sendiri yang akan pergi.
Jawaban sang Guru kepada murid yang pandai itu adalah, "Dengan memandang bakatmu, kamu dapat mengurus dirimu dan orang lain akan menerimamu. Jika kamu pergi dari tempat ini, saya tidak kuatir tentang kamu. Mengenai muridku yang lain, dia tidak akan mampu menjaga dirinya sendiri, atau bertahan hidup sendiri, maupun mengharap simpati dari orang banyak, oleh karena itu dia perlu dilindungi demi keselamatan dan kelangsungan hidupnya. "

Suatu hari, seorang pastor yang bepergian dengan sebuah taksi menyadari bahwa si sopir mengemudi dengan ceroboh. Sang Pastor menjadi khawatir tentang keselamatannya dan terus berdoa kepada Tuhan. Namun sopir yang keras kepala ini terus mengemudi dengan ceroboh dan kecelakaanpun terjadi. Akibatnya, keduanya mati di tempat. Mereka berkesempatan untuk pergi ke surga. Namun ketika mereka tiba di surga, sang Pastor dihentikan oleh petugas surga dan diminta untuk menunggu di luar. Sebaliknya si sopir taksi disambut dengan hangat.
Hal ini menyebabkan sang Pastor menjadi marah dan ia memprotes, "Ini sangat tidak adil. Saya telah berkhotbah tentang Tuhan sejak lama, sedangkan si sopir taksi tidak pernah melayani Tuhan. Bagaimana ia dapat masuk surga mendahului saya ?" Lalu petugas surga tersebut menjelaskan, "Ya, kami tahu tentang hal itu, tetapi apa yang ingin kami tinjau adalah HASILNYA. Ketika anda berkhotbah, umat tidak berminat dan mengantuk. Sebaliknya dalam kasus si sopir taksi, dia membuat semua penumpangnya untuk ingat pada Tuhan dan berdoa sementara ia mengemudi. Maka dari itu, sebenarnya ia lebih berjasa daripada anda."

Hidup dan mati, silih berganti, tidak kekal abadi, itulah hukum alam yang hakiki. Mati adalah awal kehidupan dan hidup adalah awal kematian, maka itu sadarilah prinsip " 3 jangan dan 5 janji ". JANGAN TAKUT MATI, JANGAN MENCARI MATI, JANGAN PULA MENUNGGU MATI. Eling dan wujudkan 5 janji : segeralah PERBANYAK KEBAJIKAN, MENSYUKURI DIRI setiap saat, BEBAS-LEPAS, tidak terikat dan melekat BERGUNA-BERMAKNA bagi sesama, cerah-ceria, optimis dan positif thinking. Itulah kiat HIDUP SENANG dan MATI TENANG..