Orang yang meskipun banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai ajaran, seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak memperoleh manfaat kehidupan luhur. (19)
Orang yang meskipun membaca sedikit kitab suci, tapi berbuat sesuai ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian dan kebodohan, memiliki pengetahuan benar, batin yang bebas, dan tidak terikat pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang; akan beroleh manfaat kehidupan luhur (20)

Dhammapada, Yamaka Vagga 19-20

Ada dua orang biksu, yang satu masih memikirkan hal-hal duniawi tetapi sangat pintar dalam teori Dhamma, yang lainnya adalah seorang Arahat meskipun tidak begitu terpelajar. Biksu yang pertama tidak melatih apapun yang diketahuinya, sedangkan yang satunya meskipun mengetahui sedikit, giat melatih Dhamma dan mencapai Nibbana, menikmati buah kehidupan suci.
Suatu ketika, biksu yang berpengetahuan itu ingin membuat malu temannya dengan menanyakan beberapa pertanyaan sulit di hadapan Sang Buddha. Buddha mengetahui motif biksu itu, dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan erat dengan praktek Dhamma.
Biksu yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dapat menjawab semua pertanyaan itu berdasar pengalaman pribadinya, sementara rekannya tidak dapat menjawab karena belum mencapai tingkat kesucian. Kemudian Buddha memuji Arahat yang telah melaksanakan ajaranNya, meskipun hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Dhamma.